Search

Monday, July 29, 2013

Programming : Dasar-dasar bahasa Pascal

1. STRUKTUR PROGRAM DALAM BAHASA PASCAL
program <judul program> => {nama diawali huruf ‘a’…’z’/’_’ dan tidak boleh ada spasi/reserved word.}
uses <daftar unit>
<bagian deklarasi>
begin
            <statement-statement>
end.
2. KETERANGAN MASING-MASING BAGIAN
a. <judul program> => sama dengan nama program
            ex.: program Contoh;
b. <daftar unit> => berisi daftar unit yang akan digunakan dalam program (pemisah memakai ‘,’)
            ex.: uses crt, dos;
c. <bagian deklarasi> => macam-macam deklarasi yang dibutuhkan program.
      Meliputi: deklarasi tipe data (type), konstanta (const), variabel (var), prosedur, fungsi, label (label).
ex.:
type
            larik = array [1..100] of integer;
const
            N = 100;
var
            nama : string;
            x : integer;
procedure Tulis (s:string);
begin
            writeln(s);
end;
function Kuadrat (a:integer): integer;
begin
            Kuadrat := a*a;
end;
label BARIS;
d. <statement-statement> => perintah antara Begin – End.
Yang bersifat WAJIB hanya <statement> saja.
3. CONTOH PROGRAM
Program Pertama;
          uses
                   crt;
          begin
                   writeln(‘selamat datang di dunia Pascal.’);
          end.
4. PROSEDUR PENULISAN
a. write => posisi kursor di belakang teks yang dituliskan
b. writeln => posisi kursor pindah ke baris selanjutnya.
5. Untuk proses pembacaan (input) => read, readln, readkey
*Paling umum readln.
begin
           write(‘Masukkan Nama Anda:’);
           readln(nama);
           writeln(‘Nama Anda adalah: ’, nama);
end.
6. Di Pascal, proses kalkulasi memakai (:=)
lalu data yang dimodifikasi selalu data yang di sebelah KIRI tanda.
7. happy: string[30] => menunjukkan maks. karakter string happy adalah 30.
jika tanpa keterangan berapa maks.nya, maka maks. = 256.
8. PARAMETER
a. paramcount = menghitung ada berapa parameter
b. paramstr = untuk ngindeks (paramstr(1), paramstr(2), dsb.)


ex.: 1 2 3 4 => paramcount = 4. paramstr(1) = 1. paramstr(2) = 2. dst.

Wednesday, April 17, 2013

Hot offers : Lenovo Thinkpad Twist 12.5-Inch Touchscreen Ultrabook (Black) With Low Prices


Hot offer for Lenovo Thinkpad Twist 12.5-Inch Touchscreen Ultrabook (Black) With Low Prices at amazon :
List Price:$849.99
Price:$649.99 FREE Shipping.
You Save:$200.00 (24%)

Product Features

  • Intel Core i3-3217U ULV Processor (1.8 GHz)
  • 4 GB DDR3 RAM
  • 500 GB 5400 rpm Hard Drive, 24 GB Solid-State Drive
  • 12.5-Inch Screen, Integrated Intel HD Graphics
  • Windows 8, 5-hour battery life

Technical details :
  • Screen Size 12.5 inches
  • Max Screen Resolution 1366 x 768 pixels
  • Processor 1.8 GHz Core i3-3217U
  • RAM 4 GB DDR3
  • Hard Drive 500 GB SATA
  • Graphics Coprocessor Integrated Intel HD Graphics
  • Wireless Type 802.11bgn
  • Number of USB 3.0 Ports 2
  • Average Battery Life (in hours) 5 hours

Prices can change at any time, therefore quickly buy now!
To see more Click on the banner at the top right corner


Monday, April 15, 2013

Contoh Cerpen : Tangga Cahaya


Tangga Cahaya…
DI mataku, bumi dan langit dihubungkan dengan begitu banyak tangga. Hanya tangga, terbuat dari -entah apa bahannya– namun, sesuai dengan pengetahuanku, rasanya, mirip cahaya. Ya, cahaya. Agar mudah otakmu menerima gambaran yang kuberikan, maka, mungkin aku menyebutnya seperti cahaya neon (meskipun, menurutku, itu masih jauh dari apa yang kusaksikan ini).
Untuk mudahnya, maka kuberi nama saja itu tangga cahaya neon. Hanya saja, jika lampu neon itu menggunakan tabung, ini tidak. Hanya cahaya saja berpendar indah, berwarna-warni. Sungguh, seandainya saja kau bisa menyaksikannya, maka kau akan berjingkrak-jingkrak, atau malah terbengong-bengong, karena matamu menyaksikan pemandangan menakjubkan. Mungkin yang paling menakjubkan sejak kau mampu menikmati dunia ini.
Tetapi, sebentar, Kawan. Aku tak punya kekuatan yang mungkin bisa sedikit membantu orang lain, termasuk dirimu, untuk melihat apa yang kusaksikan. Jangankan kekuatan yang kuberikan, sedangkan aku sendiri saja tak tahu apakah ini sebuah kekuatan atau keanehan.
***
Sebentar, sebelum terlalu jauh aku meracau soal tangga ini, ada baiknya kau tahu sedikit ihwal semua ini.
Awalnya, seingatku, aku sakit keras. Mula-mula panas dan dingin menyerangku habis-habisan. Istriku mengira aku kena DB, lalu ketika dibawa ke dokter, dokter mengatakan gejala tipus. Lantas, ada seorang kawan membelikanku vermint, kapsul cacing tanah yang dikeringkan. Sembuh. Maksudku sejak kutelan obat itu, panasku berangsur-angsur turun, nafsu makanku meningkat, kemudian berkeringat dan tubuhku segar kembali.
Akan tetapi, baru kusadari beberapa saat kemudian, ada yang berubah dengan mataku; maksudku, pandanganku. Saat itu, aku dikunjungi Haji Beni, sahabatku. Dia berkunjung karena mendengar aku sakit panas. Dia orang baik, sangat baik, malah. Aku menjulukinya dengan sebutan saudara kembarnya Mas Danarto, yang seniman itu. Julukanku beralasan karena, baik gestur, wajah, maupun tutur sapanya, beda-beda tipis dengan Mas Danarto. Ketika kujuluki demikian, Beni tertawa saja, karena dia sendiri tidak kenal dengan Mas Danarto. Dia hanya berkomentar bahwa dia senang disamakan dengan seniman; dan bukan koruptor. Ah, Haji Beni…
Ketika mengunjungiku, waktu itu, wajahnya agak pucat. ”Capek, kurang tidur,” begitu jawabnya ketika kutanya. Namun, yang membuatku ternganga adalah kilasan-kilasan cahaya putih berpendar-pendar di atas kepalanya. Semula aku mengira lantaran mataku memang masih sulit menerima cahaya siang yang menyilaukan. Tetapi, karena cahaya di atas kepala Haji Beni hanya menggelimang dan membentuk sesuatu, aku jadi mulai percaya bahwa mataku melihat sesuatu.
Seminggu sejak kunjungannya, Haji Beni meninggal. Aku takziah di pagi hari itu. Ketika kira-kira 50 meter dari rumahnya, aku tertegun. Kusaksikan sebuah tangga cahaya bersinar lebih putih dan lebih berkilau daripada cahaya matahari, memancar dari atap rumah Haji Beni, lurus menembus awan dan… aku tak tahu di mana tangga itu berakhir. Orang-orang yang sudah lebih dulu hadir di sana sempat menyaksikan kecanggunganku, lalu menggamitku menuju jenazah Haji Beni dibaringkan. Aku duduk di samping jenazah sahabatku sambil memanjatkan doa. Dia orang baik. Wajah, dan sekujur tubuhnya memancarkan cahaya, dan rupanya dari situlah tangga cahaya yang kusaksikan di luar tadi itu, bermula.
***
Sejak itu, aku jadi sering menyaksikan tangga-tangga cahaya. Dan sejak saat itu, manakala aku melihat ada kelebatan-kelebatan cahaya di atas kepala seseorang, maka bisa kupastikan, tak lama lagi orang tersebut akan dipanggil Tuhan.
Maaf, bukan maksudku menakut-nakutimu. Sama sekali tidak. Dan pengetahuan semacam ini bisa kuperoleh, juga bukan karena mauku, apalagi cita-citaku. Untuk apa? Aku tiba-tiba diberi kemampuan melihat sesuatu yang biasanya tak kasat mata, dan aku tak mampu menolaknya. Entahlah, aku sendiri sering menyesal mengapa menceritakan peristiwa ini kepada orang lain. Karena sejak pertama kali kukisahkan penglihatanku ini kepada orang lain, tidak satu pun yang percaya. Kalau kau pun tak percaya, aku paham sepenuhnya.
***
Seperti kataku tadi, bumi dan langit di mataku memang dihubungkan dengan begitu banyak tangga cahaya, cahaya neon tanpa tabung. Bersembulan, timbul tenggelam, berpendaran siang malam, mengantarkan orang-orang baik kembali kepada Tuhan. Sungguh, ketika kupandangi itu semua, tak terasa air mataku meleleh. Keangkuhanku cair oleh keagungan luar biasa yang dipertunjukkan Tuhan kepadaku. Hanya saja, aku tak bisa begitu saja mengatakan dan menggambarkannya kepada siapa pun. Aku hanya bisa menunjukkan beberapa bagian saja, yang mungkin memiliki ”kata” sebagai wakilnya. Dan ”kata”’, sungguh bukan sesuatu yang benar-benar mampu mewakilinya, aku tahu itu.
***
Suatu kali, entah berapa waktu silam, aku diminta untuk datang ke rumah seseorang.
”Untuk apa, ya?”
”Begini. Saya hanya diminta untuk menjemput Bapak, soal ada kepentingan apa, saya tidak tahu,” ucapnya dingin, tetapi memaksa itu.
Kupandangi beberapa saat beberapa laki-laki berambut ijuk pendek dan bertubuh karang itu.
”Tapi… malam-malam begini?”
”Ini penting, maaf, saya hanya diperintah begitu.”
Hmm.. kata ”diperintah” ini yang membuatku gelisah. Aku paling tidak menyukai manusia yang hanya menjalankan perintah, tanpa tahu maksud tindakannya.
Dan beberapa saat kemudian, mataku menangkap kilatan-kilatan cahaya merah, seperti cahaya laser pointer, berkitar-kitar gelisah di atas kepala para lelaki itu.
Wajah mereka pun kelihatan menegang. Mungkinkah cahaya itu menandakan akan terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan, bahkan membahayakan mereka jika ”perintah” itu gagal dilaksanakan?
Dugaanku benar. Ketika aku sudah berada di rumah si ”pemerintah” yang minta ampun besar dan luasnya itu, kilatan-kilatan laser di kepala manusia karang itu lenyap. Bahkan yang tadi berkata dingin dan agak memaksa kepadaku itu, kini dengan keramahan yang kaku menawariku mau minum apa.
”Saya dengar Anda bisa meramalkan kematian?” begitu ucapan berat si pemilik rumah besar itu, begitu para lelaki karang itu meninggalkan ruangan.
”Yang bilang begitu siapa, Pak?”
”Lho, jadi untuk apa saya undang Anda malam ini…”
”Yaa… maaf, Pak. Izinkan saya pulang, kalau begitu.”
”Hahahaha…nanti dulu, sabar, saya bercanda, kok, hahahahaha…”
Kusaksikan seorang Farao merentangkan tangannya, menunggu tundukan kepala budak-budaknya. Aku tak tahu mengapa langkahku sampai di istana Firaun ini?
”Begini. Yang saya dengar, Anda bisa melihat tanda-tanda kematian seseorang. Betul?”
”Bapak mendengar dari siapa?”
”Tak ada asap jika tak ada api.”
Aku terdiam. Apa maunya? Dan karena aku terdiam, dia kemudian mulai berceloteh tentang hidup dan mati menurut keyakinannya. Aku sendiri tak yakin soal apa yang disebutnya keyakinan itu. Aku hanya melihat manusia gunung karang yang merasa sudah mampu menyundul awan karena ketinggiannya. Aku pun mulai diserang rasa mual, mendengar bualan manusia ini.
”Anda pernah mendengar Wahyu Cakraningrat, kan?”
Kutatap saja wajahnya yang di mataku kian tampak tolol itu. Kisah pewayangan itu tentu saja kuhafal luar kepala, karena aku sering nonton wayang kulit di masa kecilku.
”Siapa yang mendapatkan wahyu itu, kok, saya lupa.. Mmm…siapa, siapa?” tanyanya sambil memejamkan mata sementara jari-jarinya menjentik-jentik ke arahku, memaksaku ikut berpikir.
”Abimanyu, anak Arjuna…’
”Yaaaa… Tapi itu di wayang, di zaman kita ini, Anda tahu kepada siapa?” ucapnya setengah berbisik dan mimiknya penuh kebanggaan.
Kau tahu jawaban yang diharapkannya muncul dari bibirku, kan? Mungkin jika kau ada di sana malam itu, tinjumu akan melayang ke wajahnya yang dungu itu.
”Tapi Abimanyu mati dengan tubuh terajam anak panah,” jawabku dingin.
Dia terdiam, mungkin tak menyangka bahwa kata-kata itulah yang muncul dari bibirku.
”Jadi, Anda memang bisa meramalkan kematian seseorang. Jadi…” setelah agak lama dia terdiam, ”seperti itukah kematian saya?”
Sungguh, aku berada di puncak mualku. Kepalaku berkunang-kunang, lantaran mendengar bualan terbesar yang pernah kudengar selama hidupku.
”Pak, saya tidak pernah bisa meramalkan kematian seseorang…”
”Bagaimana jika saya merencanakan membunuh seseorang, apakah Anda bisa melihat tanda-tanda kematian orang itu?”
”Pak, maaf, saya lelah. Saya minta izin pulang. Maaf.”
”Bukankah kematian memiliki tanda-tanda, sebagaimana sebuah kelahiran… Hah? hahahahahaaa…Dan dengan mengetahui tanda-tandanya, bukankah kita bisa memindahkan, bahkan menolak kematian itu, hah? Bagaimana? Hahahahahaha…”
***
Bulan Desember, angin mendesau-desau, terkadang membawa hujan bercampur panas. Seringkali pula panas berhujan deras. Di sebuah siaran televisi kusaksikan sebuah perkampungan dengan sekelompok orang, mungkin seratus jiwa, tengah gelisah. Mereka mempersenjatai diri dengan apa saja yang mereka punya. Rumah mereka akan digusur. Menurut berita, mereka sebetulnya penduduk liar yang menempati kawasan milik seseorang. Lahan seluas puluhan hektare milik seorang manusia? Di sisi lain, ratusan atau bahkan ribuan orang yang tak punya segenggam pun tanah? Mengapa ini yang kusaksikan?
Dan demi kusaksikan di televisi, siapa si pemilik lahan, mendadak mualku bangkit lagi. Nyaris aku muntah di ruangan. Gelak tawanya seakan kembali terdengar di antara wawancara yang menggebu-gebu, soal hak dan kewajiban, soal keadilan dan entah apalagi. Segera kuraih remote.
Tetapi, sesaat sebelum remote kutekan dan mencari saluran lain, mataku menangkap sesuatu.
Di kepala mereka, manusia yang tengah gelisah itu, ah… kilatan cahaya berwarna-warni mulai berpendar-pendar. Berkilauan cahaya-cahaya itu mengitari kepala mereka masing-masing, bahkan di atas kepala seorang bayi yang tengah menyusu.
Air mataku tak terbendung lagi. Kusaksikan langit malam yang terang benderang oleh tangga-tangga cahaya, meliuk-liuk lurus menuju langit, indah, agung, mempesona, memukau, menyihirku.
***
Sudahlah, di mataku, saat ini, bumi dan langit dihubungkan oleh tangga-tangga cahaya. Tangga cahaya yang mengantarkan jiwa-jiwa yang tenang kembali kepada sang Maha Pencipta. ***
Pinang, 982
*) Yanusa Nugroho , cerpenis tinggal di Jakarta

Monday, April 8, 2013

Biofuel, Teknologi Ramah Lingkungan


Umumnya di indonesia bahan bakar minyak (BBM) kini telah banyak di gunakan oleh seluruh kalangan orang.namun tahu kah kamu ada energi alternatif yang dapat di gunakan untuk bahan bakar?

ya,bahan bakar tersebut bernama Biofuel.Bahan bakar masa depan indonesia.
Saat ini sedang dikembangkan pabrik baru berkapasitas 8 ton/hari yang dibiayai oleh Balitbang Propinsi Riau. Desain dan konstruksi pabrik ini sudah selesai pada tahun 2004, namun belum berproduksi menunggu izin operasinya.
Berdasarkan pola pengembangan energi nasional, pemerintah sebenarnya sudah merencanakan penggunaan bioethanol dan biodiesel sekira 2% dari jumlah bahan bakar nasional pada tahun 2010. Selanjutnya meningkat menjadi 5% pada 2025. Sekarang masalahnya tinggal bagaimana mempopulerkan bahan bakar biofuel ini.
dengan bahan bakar ini indonesia akan bisa menyimpan energi minyak lainnya.

Friday, March 29, 2013

PENINGGALAN SOSIAL BUDAYA GARUT



1.BABANCONG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizDmVKNb9EADIr_DtCJVdoJsa_3WyfdU4tGBk-JkJy-r4Y4-gw94WQLBDN2XGHjKMvdWmearGLysaZ6e1E8b5mq0t1ckr_KoG6PiJI6nbhBeKFPgazD72xDrwTRSpz_qAuBFwBldk-kaI/s320/dsc04040.jpg
Barangkali tidak banyak orang yang memperhatikan terhadap tempat atau bangunan serta kuliner sekalipun yang memang sudah berusia cukup lama mencapai puluhan tahun betah tinggal di Kota Garut, mempertahankan ciri khasnya. Tempat  tempat lama ini, mungkin menjadi kenangan bagi warga Garut yang sudah berada di perantauan begitu lama serta sesekali berkunjung ke kampung halamannya di Garut menjadikan sebuah tempat kunjungan khusus yang penuh memori.  
Misal, bangunan monumental Babancong, kono hanya tinggal dua di Jawa Barat ini, yaitu Garut dan Pandeglang. Bangunan peninggalan  sejarah itu di Garut tetap berdiri menghadap lapang Otista dan kerap dipakai dalam satu upacara kenegaraan oleh Pemerintah daerah setempat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid-F0hC9xOkR4891flTPgBfB-cYy32sAC31IyqYBNZcW8dHdKd6DnbQDTgS6wcMbFMkpf1UnGmp2N02UCAgkfajqAeC-sy5czj3FUJ4lkyBQOUxcUkQCejksHhS35SoSdl9SE2ykJv3TE/s320/han1.JPG
Kemudian, rumah penjara yang berada pas di bagian Timur Babancong, juga sama bangunan tempat menampung orang jahat tersebut dibangun oleh pemerintahan colonial Belanda puluhan tahun lalu mungkin sudah mencapai satu abad usianya. Walau bangunan ini bagian depannya sudah tidak utuh lagi karena direnovasi oleh  Departemen Kehakiman, saat itu disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi sebagian besar masih asli.

Gedung bioskop “ Odeon “, yang sejak puluhan tahun lalu diubah namanya menjadi Cikuray, sama merupakan bangunan lama yang peruntukannya tidak berubah yaitu gedung bioskop tempo  doeloe, ketika film masih bisu. Konon berdasarkan ceritera orang tua, di gedung bioskop ini, seniman  seniman local yang biasa bermain musik tersalurkan serta menjadi hajat hidup mereka sehari  hari. Karena, film bisu hanya diiringi oleh musik secara “ live “ yang dibawakan oleh para seniman lokal itu. Sudah barang tentu, lagu serta iramanya harus disesuaikan dengan alur ceritera. Sementara kini keadaan gedung bioskop Odeon itu, beralih fungsi menjadi tempat futsal, billiard serta cape untuk bagian dalamnya dan luarnya sudah dijadikan took busana. Tetapi secara keseluruhan kondisi bangunan masih utuh.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEwenWGGGBpK9sDIYlQ-AvA_mQX-Kp-MfHKeGwmzH0BGFoYn1gbqNNwqgpLn9aqsyfMe5xbd391l70mdjfRVY1mDXXOJx86AnjRUeZc6DAWwLa90sfmjSsqKvcxe7vaRZdpiOP9Gcg1hw/s320/KantorDisbudparKab.Garut.jpg
Gedung Dinas Pariwisata, ini juga sama peninggalan jaman dulu, dimana asalnya sebagai tempat tinggal. Kondisi bangunan ini sama sekali tidak dirubah oleh pemerintah daerah dibiarkan seperti aslinya. Sedang penambahan bangunan baru dibuat disisi utara dan belakang. Namun pada prinsipnya gedung bersejarah ini tetap berdiri kokoh dan masih digunakan.

Tempat kuliner yang masih bertahan di Garut, diantaranya rumah makan “ Enjon “, yang kini berganti nama menjadi Wan Sa Min. Rumah makan khas sunda ini telah ada sejak jaman colonial Belanda, tetapi entah tahun berapa mulai adanya rumah makan tersebut. Karena kini pemiliknya merupakan generasi penerus yang entah pula keberapa.

Warung Soto “ Ahri “ yang terletak di sebuah gang di kawasan Jl. Mandalagiri, ini juga sama sebuah tempat makan yang konon berusianya mencapai 70 tahunan lebih. Kini pemiliknya merupakan generasi ke dua setelah almarhum H. Ahri meninggal dunia kini perusahaan tersebut diambil alih oleh puteranya H. Endang. Sajian menu dan tempat berjualannya pun tetap dipertahankan seperti aslinya, yaitu seperangkat “ tanggungan “ yang dijadikan sebagai tempat penyajian bahan makanan sayur jenis soto. Begitu pula tempatnya tidak beranjak dari asal, tetap di gang itu dengan atap dinaungi oleh kanopi serta tempat duduk untuk para pelanggan memakai bangku panjang. Sementara, alat  alat masaknya pun, tetap memakai tungku arang kayu dan sama sekali tidak memakai bahan pengawet atau penyedap.

Masih di JL . Mandalagiri, yaitu tempat belanja yang berlokasi persis di pinggiran jalan rek kereta api, yaitu pasar “ dalekdok “. Entah apa namanya disebut dalekdok. Mungkin jalur jalan kecil yang dipakai tempat jualan itu tidak rata karena berbatuan sehinga berjalan tidak bisa nyaman sebab banyak sandungannya. Namun keberadaan pasar tempat membeli sayuran dan kebutuhan dapur ini, sudah lama  mungkin usianya mencapai 80 tahunan lebih. 
Pasar Dalekdok, walaupun berada di pusat kota, tetapi tetap tidak berubah baik kios tempat jualannya, maupun barang yang dijajakannya masih sayuran dan kebutuhan dapur. Begitu jalannya tetap sempit dan tidak diplester layaknya seperti gang  gang di perkampungan. Pasar dalekdok, tetap begitu dan becek disaat hujan.

2.PRASASTI CIARUTEUN
Penemuan Prasasti Ciaruteun pertama kali dilaporkan oleh pemimpin Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Weten-schappen (sekarang Museum Nasional) pada tahun 1863. Lokasi ditemukannya Prasasti Ciaruteun ini merupakan suatu bukit yang diapit oleh tiga sungai: Sungai Cisadane, Sungai Cianten, dan Sungai Ciaruteun.
Prasasti Ciaruteun sekarang berada di desa Ciaruteun Hilir, kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Tersimpan dibawah sebuah naungan yang dibuat oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1981. Rupanya akibat banjir besar pada tahun 1893 batu prasasti ini ikut  terhanyut beberapa meter ke hilir dan celakanya bagian yang bertulisan posisinya berada di bawah. Tahun 1903 prasasti ini berhasil dipindahkan lagi ke tempatnya semula. Lalu pada tahun 1981 agar tidak terulang lagi terseret banjir Prasati Ciaruten ditempatkan di lokasinya sekarang.
Prasasti Ciaruteun berupa batu gelondong besar berukuran variasi panjang lebar tinggi sekitar 150 cm. Beratnya mencapai 8 ton. Batu Prasasti Ciaruteun bergores aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sansekerta dengan metrum Anustubh yang teridiri dari empat baris; bunyinya:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam




2. PRASASTI BATU TULIS

 
Prasasti Batutulis terletak di Jalan Batutulis, Kelurahan BatutulisKecamatan Bogor SelatanKota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masih in situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini.[1] BatuPrasasti dan benda-benda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa dan aksara Sunda Kuno.

ISI PRASASTI
  • Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,
  • diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
  • di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
  • pun ya nu nyusuk na pakwan
  • diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
  • ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi




3. CANDI CANGKUANG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKYzA8TBzEt5KQatFIMZ263sMnJnE1C99TSHIBf3gK7SKSNbQJ4OqPFXZr-nrH5pOKoMh8vEt14Wkvg5XAwgHVHIO_y_JLC6zVshPgO1Lz-qx_eVOJcioRxkK8gwIDrnSf_Cnq_gFrdnFI/s320/candi-cangkuang.JPG
Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan LelesGarutJawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.
Candi Cangkuang terdapat di sebuah pulau kecil yang bentuknya memanjang dari barat ke timur dengan luas 16,5 ha. Pulau kecil ini terdapat di tengah danau Cangkuang pada koordinat 106°54'36,79" Bujur Timur dan 7°06'09" Lintang Selatan. Di Wikimapia [1]. Selain pulau yang memiliki candi, di danau ini terdapat pula dua pulau lainnya dengan ukuran yang lebih kecil.
Lokasi danau Cangkuang ini topografinya terdapat pada satu lembah yang subur kira-kira 600-an m l.b.l. yang dikelilingi pegunungan: Gunung Haruman (1.218 m l.b.l.) di sebelah timur - utara, Pasir Kadaleman (681 m l.b.l.) di timur selatan, Pasir Gadung (1.841 m l.b.l.) di sebelah selatan, Gunung Guntur (2.849 m l.b.l.) di sebelah barat-selatan, Gunung Malang (1.329 m l.b.l.) di sebelah barat, Gunung Mandalawangi di sebelah barat-utara, serta Gunung Kaledong (1.249 m l.b.l.) di sebelah utara.

4.ARCA ROROJONGGRANG

 
Menurut legenda, Roro Jonggrang adalah puteri dari Raja Boko yang berkuasa di daerah Prambanan. Kecantikan dan keanggunan Roro Jonggrang membuat seorang pria dari daerah Pengging yang bernama Bandung Bondowoso ingin memperistrinya. Tapi sebenarnya, Roro Jonggrang tidak mencintai Bandung Bondowoso. Sebagai strategi menolak pinangan tersebut, Roro Jonggrang mengeluarkan syarat agar dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso pun menyanggupinya.

Sebelum melaksanakan pekerjaannya, dia bersemedi untuk mendapat kekuatan dan bantuan dari para jin. Menjelang petang, pembangunan seribu candi mulai dilaksanakan, dan menjelang matahari terbit, pembangunan itu hampir selesai. Melihat hal ini, Roro Jonggrang pun cemas, dan berusaha mencegah kerja tersebut. Roro Jonggrang kemudian memanggil semua putri desa untuk membakar jerami dan memukul lesung (alat penumbuk padi tradisional di Jawa), supaya terkesan hari menjelang fajar. Jin-jin yang melihat hari telah menjelang fajar mulai meninggalkan pekerjaannya. Setelah dihitung, ternyata pekerjaan yang tersisa hanyalah sebuah
 

5. Makam Godog


Makam Keramat Godog_2


Makam godog adalah makam yang terletak di lereng Gunung Karacak, tepatnya di Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Garut. Makam ini dipercaya sebagai makam Prabu Kean Santang, anak Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Informasi mengenai keberadaan makam Godog sebagai makan Kean Santang terdapat dalam beberapa naskah Sunda lama. Di antaranya Babad Godog, Babad Pasundan, dan Wawacan Prabu Kean Santang Aji. Dalam naskah-naskah tersebut diceritakan bahwa Kean Santang adalah putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Setelah memeluk Islam di Mekah, namanya berubah menjadi Sunan Rahmat. Karena setelah wafat dimakamkan di Godog, tokoh ini juga disebut Sunan Godog.
Kini makam Godog banyak didatangi penziarah. Oleh sebagian orang makam ini memang sangat dikeramatkan, karena Kean Santang sering disejajarkan dengan para wali yang berjasa dalam penyebaran Islam di pulau Jawa. Mereka yang datang bukan hanya dari wilayah Tatar Sunda saja, tetapi banyak pula yang datang dari luar Jaw
ni bisa kita lihat di bilik sebelah utara candi utama.


 6. Gunung Papandayan
gunung-papandayan
Gunung Papandayan merupakan gunung api yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.
Daya tarik Wisata Beberapa lokasi yang menarik dan sering dikunjungi wisatawan diantaranya: • Kawah Papandayan Merupakan komplek gunung berapi yang masih aktif seluas 10 Ha. Pada komplek kawah terdapat lubang-lubang magma yang besar maupun kecil, dari lubang-lubang tersebut keluar asap/uap air hingga menimbulkan berbagai macam suara yang unik. • Blok Pondok Saladah Merupakan areal padang rumput seluas 8 Ha, dengan ketinggian 2.288 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini mengalir sungai Cisaladah yang airnya mengalir sepanjang tahun. Lokasi ini sangat cocok untuk tempat berkemah. • Blok Sumber Air Panas Letaknya di perbatasan Blok Cigenah, sumber air panas ini mengandung belerang dan berhasiat dalam penyembuhan penyakit kulit terutama gatal-gatal. Secara keseluruhan kawasan ini memiliki panorama alam yang indah dengan lingkungan yang relatif masih utuh dan alami yang ditunjang dengan kesejukan udara.









7. SITU BAGENDIT
Situ Bagendit
A. Selayang Pandang
Suatu saat jika Anda berkesempatan mengunjungi Kabupaten Garut, singgahlah sejenak ke obyek wisata yang masyhur di wilayah itu, yakni Situ Bagendit. Dalam bahasa Indonesia, “situ” berarti telaga, jadi Situ Bagendit adalah nama sebuah telaga yang terletak di Desa Bagendit. Situ Bagendit merupakan telaga alami yang terbentuk karena proses alam beratus-ratus tahun yang lalu. Telaga ini tidak hanya dikenal karena keindahan panoramanya, melainkan juga karena legenda yang melingkupinya.
Menurut legenda masyarakat setempat, pada zaman dulu Situ Bagendit merupakan sebuah perkampungan dengan kondisi alam yang sangat subur. Tapi anehnya, meski daerah tersebut subur, penduduknya hidup dalam jerat kemiskinan. Hal ini dikarenakan ada seorang janda kikir bernama Bagende Endit atau yang lebih dikenal dengan nama Nyi Endit. Janda kaya raya ini memaksa penduduk menjual seluruh hasil panen mereka kepadanya dengan harga murah, dan saat persediaan makanan penduduk sudah menipis, Nyi Endit kembali menjualnya dengan harga yang berlipat-lipat.
Suatu hari datanglah seorang pengemis tua yang meminta sedikit makanan dan minuman kepada Nyi Endit, namun Nyi Endit memukul pengemis itu dengan tongkat dan mengusirnya. Sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, pengemis itu mengambil tongkat dan menancapkannya ke dalam tanah. Saat tongkat itu dicabut, menyemburlah air dari dalam tanah. Semakin lama debit air itu semakin besar, sehingga menenggelamkan Nyi Endit dan seluruh hartanya. Akhirnya, genangan air yang luas itu dikenal dengan nama Situ Bagendit.
Situ Bagendit sudah dikenal sebagai tempat wisata semenjak zaman Belanda. Kala itu tak hanya wisatawan lokal yang berkunjung, turis mancanegara juga kerap mengunjungi Situ Bagendit. Hal itu ditandai dengan didirikannya sebuah hotel lengkap dengan fasilitasnya pada tahun 1920. Akibat Perang Dunia II, kawasan wisata Situ Bagendit hancur, sehingga telaga ini terbengkalai selama beberapa tahun. Hotel yang sempat berdiri pun hanya tersisa puing-puingnya saja.
Pada tahun 1980-an pihak pemerintah kembali melirik kawasan ini untuk dijadikan obyek wisata, sehingga dimulailah upaya pembenahan. Telaga seluas 125 hektar ini kemudian dibersihkan dari eceng gondok dan tumbuhan liar. Berbagai fasilitas ditambahkan serta kegiatan wisata dihidupkan. Situ Bagendit cocok bagi Anda yang ingin menghabiskan liburan bersama anggota keluarga. Selain pemandangan yang indah dan beragamnya aktivitas yang dapat dilakukan, tempat ini memiliki kelengkapan fasilitas umum dan kemudahan layanan wisata.
B. Keistimewaan
Jalannya yang mulus dan terhitung dekat dengan pusat Kota Garut menjadi salah satu keunggulan Situ Bagendit dibandingkan dengan obyek wisata alam lainnya. Telaga alami ini dikelilingi persawahan dan perkampungan penduduk dengan latar belakang gunung menjulang tinggi berselimutkan awan tipis. Pemandangan yang indah sekaligus memanjakan mata dapat menjadi obyek bidikan kamera yang sempurna.
Di kejauhan tampak beberapa rakit bambu dengan atap warna-warni penuh dengan wisatawan yang sedang mengitari telaga. Jika Anda tertarik, Anda dapat menyewanya dan bergegas memulai petualangan mengarungi telaga. Tak hanya rakit bambu, di Situ Bagendit juga tersedia jasa penyewaan becak air berbentuk angsa, perahu kecil, serta kano. Anda tinggal memilih apa yang menurut Anda nyaman dan aman untuk dinaiki.
Selain mengarungi telaga, ada sejumlah kegiatan yang dapat Anda lakukan di tempat ini. Salah satunya adalah memancing. Sembari menunggu umpan termakan oleh ikan, Anda dapat menggelar tikar di bawah rindangnya pepohonan dan bercengkerama bersama sanak keluarga. Anda juga dapat mengajak anak-anak Anda untuk naik kereta mini. Tentu saja ini akan menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak Anda.
Setiap tahun di kawasan ini selalu diselenggarakan pesta rakyat Garut, yakni Festival Begendit. Dalam festival ini akan ada berbagai pertunjukan, baik kesenian tradisional maupun kesenian modern. Kesenian tradisional yang dipertontonkan antara lain Lais, Debus, dan Hadro. Tak hanya pertunjukan, berbagai perlombaan juga akan dilaksanakan guna memeriahkan festival ini. Tak ayal, saat Festival Bagendit berlangsung, Situ Bagendit akan penuh sesak oleh wisatawan.


C. Lokasi
Obyek wisata air Situ Bagendit ini terletak di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia.
D. Akses
Situ Bagendit hanya berjarak sekitar 6 km ke arah utara Kota Garut. Lokasi ini bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum melalui jalur Garut – Leuwigoong – Limbangan.
E. Harga Tiket
Untuk dapat menikmati keindahan Situ Bagendit, wisatawan diwajibkan membayar bea masuk sebesar Rp 1.000,00 untuk dewasa dan Rp 500,00 untuk anak-anak (Juni 2009). Obyek wisata ini setiap harinya dibuka mulai pukul 07.00 – 17.00 WIB.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata Situ Bagendit, pihak pengelola telah melengkapi kawasan ini dengan sejumlah sarana dan prasarana. Berbagai fasilitas yang tersedia antara lain mushola, toilet umum, kios-kios pedagang, café, serta tempat parkir dengan daya tamping 30 bus, 60 kendaraan pribadi, dan 180 kendaraan bermotor.
Selain itu, di Situ Bagendit juga terdapat jasa penyewaan rakit, perahu, sepeda air, dan juga kereta api mini. Situ Bagendit juga memiliki kolam renang dan taman bermain yang teduh. Di taman bermain dibangun bangku-bangku dan shelter yang dapat digunakan oleh pengunjung dengan harga sewa Rp 3.000,-/jam.